<photo id="1" />
"Aku juga ingin menghabiskn
valentine dengan seseorang yang bisa kujadikan kesayangan. aku juga
ingin bahagia. seperti kamu dan dia"
Kita tidak pernah
merayakan Hari kasih Sayang bersama. Tentu saja tidak. Aku hanya kau
temui secara sembunyi-sembunyi. Lupakan makan malam, coklat, bunga,
boneka, apapun itu yang mungkin terlihat romantis. Tentunya, kamu lebih
ingin menghabiskan saat-saat indah itu bersama dia, wanita pilihanmu
yang memiliki status yang jelas denganmu. Aku memang selalu jadi
prioritas: prioritas kedua.
Ada saat-saat dalam hidupku
ketika aku meyakini bahwa itu hanya sementara. Bahwa aku tidak
selamanya jadi yang kedua. Bahwa aku tidak selamanya kau sembunyikan.
Saat-saat itu, aku percaya bahwa akhirnya kau akan memilihku,
meninggalkan dia, dan menjadikanku satu-satunya wanita yang bisa membuat
detak jantungmu berdegup lebih cepat. Kadang aku mengira, bahwa menjadi
prioritas kedua adalah perih yang harus kuterima sebelum merasakan
bahagia. Untuk kebahagiaanku, kebahagiaanmu, dan (mungkin) kebahagiaan
kita.
Tetapi hari demi hari berlalu, dan keyakinanku
mulai menyentuh ragu titik jenuh. Keyakinan bahwa sesungguhnya aku
sendiri atau bersamamu benar-benar menghantui hari-hari ku.
ketidaktahuan bahwa aku milikmu atu kamu milikku, benar-benar menjadikan
dunia terlihat fatamorgana di mataku. kita seperti 2 anak kecil bodoh
yang bermain petak-umpet, hanya tahu bersembunyi tanpa mengetahui ada
yang mengejar, mencari atau mungkin mengamati. Aku ketakutan. Aku
mengangis, menahan, berteriak dalam diam. Bibirku melengkungkan senyum
palsu. Aku seperti mencari tanpa tahu apa yang hilang.
Aku
bosan dengan perih yang menyiksaku. Aku bosan sesenggukan meratapi
kamu. Aku bosan dengan awan hitam yang mengikutiku. Aku menginginkan
matahari. Aku gemetaran karena dinginnya hujan, aku menginginkan musim
panas.Aku tak lagi nyaman dengan sakit yang kubuat sendiri. Aku rindu
memiliki seseorang yang bisa kujadikan kesayangan. Aku tak lagi nyaman
dengan siksaan yang kurasakan karena harapan-harapan dan angan-angan
yang aku reka-reka sendiri. Jika aku menginginkan dunia tersenyum, aku
juga harus berbagi senyum padanya.
Jadi, izinkan aku
untuk jatuh cinta pada seseorang, selain kamu. Dengan seseorang yang
membuatku tertawa, bukan menitikkan air mata. Dengan seseorang yang akan
menggenggam tanganku dan mengatakan pada dunia bahwa aku dalah
kesayangannya. Dengan seseorang yang tidak segan menjadi pundak saat aku
menangis. Dengan seseorang yang mengatakan pada dunia bahwa aku
miliknya dan tidak harus disembunyikan dari sorot mata yang
memperhatikan tingkah aku dan dia.
Selama ini,
berasamamu, aku lupa artinya cinta. Aku lupa artinya jantung yang
berdetak hebat, pipi yang memerah, tangan yang bergetaran, aku lupa.
Kamu terlanjur membuatku percaya bahwa cinta adalah kesabaran menjadi
orang ketiga. Dan dengan mahamegatololku, aku meyakininya. Hari ini, aku
menyadari betapa aku terlalu lama menyiksa diriku sendiri demi harapan
kosong yang kamu rancang sedemikian rupa sehingga terlihat nyata. Kita,
yang ada di depan matamu tapi sama sekali tidak pernah kau lihat. Kita,
yang nyata tapi mungkin bagimu tak pernah ada. Aku juga ingin
menghabiskan valentine dengan seseorang yang bisa kujadikan kesayangan.
Aku juga ingin bahagia. Seperti kamu dan dia.
Dan jika
bahagia berarti berhenti menunggumu, jika itu berarti harus melupakanmu,
tak mengapa. Aku hanya ingin melindungi perasaanku yang hampir mati.
Aku hanya mencegah kelenjar air mataku tidak kosong dan kering hanya
karena kamu. Jika tersenyum berarti berhenti memikirkanmu, akan aku
lakukan. Karena aku juga pantas menjadi kesayangan dan dicintai
seseorang, menjadi wanita yang diketahui bukan disembunyikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar